Logo 2 (1)
GCKI-Muhammadiyah Partnership, Strategi Mudah Mendapatkan Proyek dan Membangun Kerja Sama yang Sinergis

Momen Lebaran selama bulan Syawal ini sangat terasa degupnya. Tajuknya bisa "halalbihalal" atau "Syawalan", tapi intinya serupa: menyambung (tali) silaturahmi. Nah, dari silaturahmi lahirlah kolaborasi.

Begitulah yang terjadi ketika Gerakan Cerdas Komunikasi Indonesia (GCKI) dan Muhammadiyah saling membuka diri untuk menjalin ukhuwah. Lingkupnya ada di Cabang  (PCM) Bojonggede yang dimulai dari Ranting (PRM) Rawapanjang. Kebetulan markas GCKI berada di Perum Puri Citayam Permai (LIPI) Desa Rawapanjang, sealamat dengan tempat tinggal Ketua PCM Bojonggede, Irfan Muchsin Sidik. Bahkan dengan kediaman Ketua PRM Rawapanjang, Achmad Sriyono, cuma berjarak dua ratusan meter.

Acara Syawalan di markas GCKI pun dijadikan sebagai peresmian Griya Dakwah Muhammadiyah PRM Rawapanjang, yang berbagi basecamp dengan GCKI, serta pengukuhan Musyawarah Ranting PRM Rawapanjang. Pada kesempatan ini hadir mantan Ketua Majelis Ekonomi (ME) dan Kewirausahaan PWM DKI Jakarta, Asep, yang kini mengurusi Bidang Perikanan Lembaga Pengembang UMKM PP Muhammadiyah dan Ketua ME PCM Bojonggede, Warjono. Menurut Asep, daripada mendirikan koperasi, lebih baik membentuk badan usaha milik Muhammadiyah (BUMM). Harapannya, gerak dan jangkauannya akan lebih mudah.

"Kalaupun koperasi juga mestinya tidak cuma sebatas simpan-pinjam, tetapi multisektor dan berfokus jadi produsen," sebut Asep.

Dalam kesempatan itu dibicarakan pula berbagai hal semisal UMKM dan kolaborasi untuk mengembangkannya. Termasuk juga pemaksimalan memorandum of understanding (MoU) yang telah terjalin antara PCM Bojonggede dan Uhamka. Dalam hal ini GCKI diminta menyusun program untuk mengisi dan menindaklanjuti MoU tersebut.

Sejumlah pihak yang hadir, baik dari GCKI maupun Muhammadiyah, diminta Ketua PCM untuk segera bergerak sinergis. Dari Muhammadiyah ada Muhsin (Ranting Susukan), Nur dan Fitri Analis (Ranting Pabuaran), dari GCKI selain ketuanya Ellys Lestari Pambayun ada Hassa, Bahtiar, Sofani, Apriyanti, dan Irfan Ardian.

"Kita telah membentuk kelompok kerja (pokja) untuk menindaklanjuti kolaborasi ini," ucap Ellys.

Langkah dan Tip Kerja Sama yang Sinergis

Berikut ini tahapan atau tip yang diberikan Gerakan Cerdas Komunikasi Indonesia (GCKI) dalam meraih proyek atau kerja sama dengan pihak mitra.

a. Tetapkan Tujuan (Goals)  dan Harapan (Expectation) Kita sebelum Menjalin Kemitraan

Dari awal kita harus memiliki niat yang baik, karena Allah, juga gagasan yang jelas dan berbeda, bahwa output yang ingin kita capai dan apa yang kita harapkan dari mitra kita adalah kemaslahatan bersama, bukan semata keuntungan. Tahap ini akan membantu kita menyelaraskan visi yayasan atau organisasi, menghindari kesalahpahaman, dan mengukur kemajuan kita. Kita juga harus mendiskusikan nilai-nilai, misi, dan budaya organisasi kita, dan memastikan semuanya sejalan dengan nilai-nilai mitra. Cara yang tepat untuk melakukan hal ini adalah dengan membuat MoU atau perjanjian kemitraan tertulis yang menguraikan peran, tanggung jawab, hasil, jadwal, dan sumber daya kita.

b. Integrasikan Perspektif Kita

Cara komunikasi secara efektif dan cantik tentu sudah banyak diberikan pakar, begitu juga referensi-referensi yang bagus sudah tidak terhitung jumlahnya, tapi komunikasi yang didasarkan pada nilai-nilai Al-Qur’an, yaitu yang mengandung kejujuran dan kepastian (qaulan sadida), kemuliaan (qaulan kariman), efektif dan sesuai dengan sasaran (qaulan ma’rufan), yang disampaikan dengan halus dan tidak kasar (qaulan layinan), jarang dikedepankan. Padahal komunikasi yang berpilar Al-Qur’an ini akan menuntun kerja sama secara lebih terarah, integratif, dan diliputi rasa saling hormat terhadap perspektif, kapasitas, serta eksistensi mitra.

c. Bersikaplah Tawakal, Fleksibel, dan Mudah Beradaptasi

Kemitraan sering kali melibatkan kerja sama dalam konteks, budaya, dan sistem yang berbeda, sehingga dapat menciptakan tantangan dan peluang, bahkan konflik yang rumit dan berkepanjangan. Maka kita harus fleksibel dan mudah beradaptasi untuk menghadapi perubahan keadaan, kejadian tak terduga, dan perspektif yang beragam. Namun yang paling penting adalah bertawakal bahwa rezeki dan kesempatan itu hanya Allah yang menurunkan, artinya jika sudah jodohnya toh tidak akan ke mana.  Lantas menjadi fleksibel dan mudah beradaptasi bukan berarti kehilangan identitas atau integritas, melainkan mencapai titik temu dan keuntungan bersama.

d.  Ajukan Perspektif Kita

Memberikan nilai dan kualitas produk serta jasa kita adalah salah satu alasan utama bermitra, karena kesuksesan tidak bisa dicapai sendirian. Kita harus pegang komitmen sebagai amanah yang Allah perintahkan, disiplin, tanggung jawab, dan melampaui ekspektasi mitra kita (berikan “efek wow”). Kita juga harus mencari umpan balik, mengevaluasi hasil yang dicapai bersama, dan terus belajar dari kesalahan yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan reputasi dan kredibilitas organisasi kita, juga memperkuat hubungan (ukhuwah) dan loyalitas dengan mitra.

e.    Semakin Kenali dan Hargai Mitra Kita

Cara lain untuk menjadi mitra yang sinergis adalah dengan mengakui dan menghargai kontribusi, prestasi, dan kekuatan mitra kita. Kita harus merayakan kesuksesan kita, melalui tantangan, dan selalu bersyukur kepada Allah Swt., berterima kasih kepada mitra  atas dukungan dan kolaborasinya. Jangan lupa, harus selalu menunjukkan rasa hormat, terima kasih, dan pengakuan kepada pihak-pihak di luar kemitraan seperti masyarakat sekitar, pemerintah atau pejabat/pemangku kepentingan, dan klien atau konsumen/penerima manfaat. Langkah ini akan meningkatkan semangat, motivasi, dan kepuasan mereka, serta menumbuhkan budaya positif dan kolaboratif.

Ingin berkonsultasi tentang strategi dan tip kerja sama dengan mitra, silakan hubungi

@cerdaskomunikasi (Instagram)

Web (gcki.co.id)

dan gcki official (0895637310707)

(Bahtiar Heraudie)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *