KEP. SERIBU (5/10) – Pada Selasa, 5 November 2024, Gerakan Cerdas Komunikasi Indonesia (GCKI) menggelar ekspedisi sosial dengan tema mencakup “media literasi, social experiment, jurnalistik, dan dakwah” di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar, khususnya yang hidup di daerah marginal, tentang pentingnya literasi media, pendidikan sosial, dan dakwah yang menyentuh kehidupan sehari-hari mereka.
Ekspedisi ini diikuti sejumlah peserta dengan melibatkan berbagai elemen dari panitia GCKI yang terorganisasi dengan baik. Mereka adalah Ellys Lestari Pambayun (Ketua GCKI), Hassa Yanura Khairina (Official Management), Muhammad Rafi (Logistik), Muhammad Riski (Transportasi), Rizalam Masuara (Media), Abdul Azim (Tour Guide), dan Rumaisha Adiba (Logistik).
Ellys Lestari Pambayun selaku Ketua GCKI menyampaikan, “Kami berharap kegiatan ini dapat memberi dampak positif bagi masyarakat Pulau Untung Jawa, terutama dalam meningkatkan literasi media dan kesadaran sosial mereka. Dengan pendekatan yang humanis dan edukatif, juga islami, kami ingin membuka wawasan masyarakat mengenai pentingnya informasi yang benar dan mendalam.”
Misi dan Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini diawali “ngobrol santai” tentang media literasi bersama dengan ibu-ibu yang mayoritas sudah janda dan uniknya hampir semua yang hadir adalah lulusan sekolah dasar (SD), sehingga ada beberapa yang belum lancar membaca meski usia sudah menjelang lansia. Bahkan mereka tidak memiliki handphone sehingga komunikasi dilakukan melalui anak-anak mereka. Syilla, Fathurrahman, Da Cindy sebagai peserta juga memperkenalkan konsep membaca, selain pengenalan sekilas tentang perkembangan dan penggunaan media, pentingnya memilih sumber informasi yang kredibel, serta cara menghindari hoaks dalam Islam.
Rizalam Masuara, perwakilan dari media, menambahkan, “Media literasi sangat penting di era digital ini. Kegiatan ini memberikan banyak informasi baru yang bisa dipublikasikan untuk meningkatkan kesadaran publik, tidak hanya tentang media, tetapi juga tentang kehidupan masyarakat Pulau Untung Jawa yang marginal.”
Selain itu ada sesi social experiment yang dilakukan Desty, Salfira, dan Hisyam dengan melibatkan masyarakat lokal dalam percakapan langsung mengenai kehidupan mereka. Mayoritas dari mereka adalah nelayan dan pedagang di seputar lokasi Pulau Untung Jawa, sehingga obrolannya juga menyangkut tentang tantangan atas keuntungan yang mereka dapat sehari-hari, akses ekonomi, informasi, sekolah, serta pengajian yang mereka ikuti.
Hassa Yanura Khairina sebagai official management juga berbagi pengalamannya, “Kegiatan ini memberikan banyak pelajaran bagi kami. Melihat langsung kehidupan masyarakat yang jauh dari akses informasi digital membuat kami semakin sadar akan pentingnya misi kami di sini—terutama dalam hal pemberdayaan masyarakat melalui media.”
Dalam kegiatan tersebut, para peserta juga melakukan praktik jurnalistik lapangan dengan peserta Rizalam Masuara, Rafi, dan Riski dengan mengunjungi beberapa titik di Pulau Untung Jawa untuk berbicara langsung dengan warga nelayan, penjaga wisata, dan penjual makanan. Mereka menggali cerita hidup warga serta mendokumentasikan potensi dan tantangan yang ada di pulau tersebut.
Abdul Azim, sebagai tour guide, mengungkapkan, “Memandu peserta dan melihat semangat mereka untuk memahami kehidupan masyarakat di Pulau Untung Jawa sangat menyentuh. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kehidupan sederhana mereka.”
Selain itu ada sesi dakwah yang dilakukan Arif, Sulhan, dan Andi. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan nilai-nilai positif yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat nelayan, khususnya di daerah yang terisolasi.
Muhammad Rafi, yang bertanggung jawab atas logistik, mengungkapkan, “Persiapan yang matang sangat penting untuk kegiatan seperti ini. Kami bekerja keras agar semua kebutuhan peserta dan warga sekitar dapat tercapai dengan baik. Melihat antusiasme warga, semua kerja keras terbayar dengan senyum mereka.”
Ke depan GCKI berencana untuk terus mengembangkan program serupa di berbagai daerah marginal lainnya, dengan harapan dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk peduli dan berkontribusi pada perubahan sosial yang lebih baik. (Lap. Rizalam)