Pada hari Selasa, tanggal 3 Januari 2023, Pondok Pesantren Ahlul Qur’an An-Nahdhliyyah, Bogor menjadi saksi pelepasan ratusan relawan dari Gerakan Kampung Al-Qur’an (GKQ). Mereka dipersiapkan untuk menjalankan misi mulia: membawa cahaya ilmu Al-Qur’an ke daerah-daerah yang membutuhkan, khususnya di Kabupaten Lebak, Banten, dan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Sebanyak 117 relawan GKQ, terdiri dari 22 mentor dan 95 relawan, memutuskan untuk mengabdikan diri mereka selama 10 hari, dari tanggal 4 Januari hingga 14 Januari, untuk membagikan pengetahuan mereka tentang membaca Al-Qur’an. Mereka tidak hanya mengajar dengan metode konvensional, tetapi juga dengan pendekatan yang kreatif dan menarik, termasuk metode tahsin, tahfiz, qari/salawatan, lagu-lagu islami, dan kegiatan membangun keakraban anak-anak.
Gerakan Kampung Al-Qur’an (GKQ) lahir dari keprihatinan atas kondisi umat Muslim Indonesia setelah rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa sekitar 60% dari total umat Islam di Indonesia tidak mampu membaca Al-Qur’an. Dari sana, GKQ terbentuk pada tahun 2016 dan terus aktif hingga saat ini.
Penetapan program GKQ di dua provinsi tersebut didasarkan pada hasil riset yang dilakukan oleh para mahasiswa yang berbasis Al-Qur’an, yang menunjukkan tingkat minat membaca Al-Qur’an yang rendah di beberapa daerah, terutama di Kabupaten Lebak, Banten. Sedangkan di Kabupaten Tasikmalaya, dipilih karena faktor sejarah dan kehadiran ulama yang pernah berjuang untuk menyebarkan agama di sana.
Menghadapi kebutuhan akan guru ngaji Al-Qur’an yang minim di daerah-daerah, M Iqbal NAF, Direktur Yayasan Kampung Al-Qur’an, menyatakan kekhawatirannya. Dia menegaskan bahwa walaupun banyak rumah memiliki Al-Qur’an, namun kebanyakan hanya sebagai pajangan belaka, tanpa dipelajari dengan baik.
GKQ tidak bekerja sendiri. Mereka menjalin kerjasama dengan tim metode Bagdadi untuk menyebarkan dakwah Al-Qur’an, yang dipimpin oleh KH Abdul Rasyid Masykur, seorang dosen di IIQ Jakarta. Program-program rutin mereka di Lebak dan Tasikmalaya dilaksanakan setiap libur semester untuk mengisi waktu luang mahasiswa dengan kegiatan yang bermanfaat.
Ellys Lestari Pambayun, pemimpin dan pendiri Gerakan Cerdas Komunikasi Indonesia (GCKI), yang juga merupakan organisasi yang mendukung GKQ dalam manajemen komunikasinya, menyatakan, "Masyarakat di daerah perkampungan memang masih minim edukasi dalam standar bacaan Al-Qur’an yang menjadi alat ukur bisa baca Al-Qur’an. Tajwid harus dikuasai untuk memperbagus bacaan huruf-hurufnya serta memahami hal-ihwal waqaf dan ibtida."
Melalui upaya mereka, GKQ berharap dapat mencerahkan masyarakat di pelosok negeri dengan ilmu Al-Qur’an, memberikan landasan pendidikan yang kokoh, dan membantu memerangi buta huruf Al-Qur’an. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang tulus, para relawan GKQ bertekad untuk terus berkontribusi dalam membentuk generasi yang kuat dan berpengetahuan.