Diikuti sebanyak 40 peserta dari berbagai kalangan dari seluruh Indonesia, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menggandeng Gerakan Cerdas Komunikasi Indonesia (GCKI) untuk memberikan pelatihan penulisan keislaman moderat. Dengan mengusung tema berat “Moderasi Beragama dalam Perspektif Kebangsaan”, tim coaching clinic ini berbagi beragam jurus jitu untuk dapat melahirkan para penulis bermutu.
Subdirektorat Kepustakaan Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais dan Binsyar), sebagai pelaksana kegiatan, tampak antusias atas jalannya pelatihan selama empat hari (6 hingga 9 Juni 2023) di Merlyn Park Hotel Jakarta ini. Menurut Kepala Subdit Kepustakaan Islam Dr. Abdullah Alkholis, acara bertajuk “Coaching Clinic Penulisan Naskah Keislaman Moderat Angkatan II” ini berjalan cukup dinamis dan para peserta penuh semangat mengikuti pelatihan hingga malam hari. “Yang agak kelelahan justru panitia (Kemenag), nih. Mungkin karena tidak ikut terlibat dalam keasyikan menulis naskah, ya,” ujarnya.
Sebagai fasilitator dan tim mentor acara ini, GCKI memang berupaya tampil all out dengan segenap upaya agar para peserta penulisan kategori ilmiah poluler ini tidak terjebak kebosanan, termasuk dengan membawa grup musik penyegar suasana. “Materi yang berat tetap dapat dikemas dengan pengungkapan yang fun,” sebut Hj. Nur Rahmawati, S.S., M.Si., Analis Kebijakan Muda pada Ditjen Bimas Islam yang juga anggota tim panitia Kemenag.
Sejalan dengan itu, Direktur Urais dan Binsyar, Kemenag, Dr. Adib Kamarudin Amin, M.Ag., mengatakan, “Kemampuan menulis ilmiah popular itu sangat penting. Sekalipun tema atau isunya sangat berat, seperti tema moderasi beragama, jika sudah menguasai teknik menulis ilmiah secara populer, tulisan akan mudah dipahami oleh pembaca.” Untuk itu Adib meminta peserta menjadikan kegiatan penulisan karya ilmiah populer sebagai habituasi (kebiasaan) sehari-hari dan kompetensi yang mesti dikuasai.
“Memang penulisan buku-buku atau naskah keagamaan Islam ini sangat diperlukan, ya. Karena itu (program) Subdit Kepustakaan Islam ini perlu didukung oleh semua stakeholder dari berbagai unsur, baik dari para penulis atau fasilitator semua unsur seperti GCKI, ya,” ujar Abdullah Alkholis.
Di Subdit Kepustakaan Islam misalnya telah ada eLiPsKi (Elektronik Literasi Pustaka Keagamaan Islam), situs web kepustakaan Islam, yang berupaya memfasilitasi semua itu. Situs ini juga berfungsi sebagai perpustakaan online yang terintegrasi dengan perpustakaan online masjid di seluruh Indonesia. Selain menyediakan layanan buku-buku digital dan naskah-naskah keagamaan Islam yang dapat dibaca masyarakat secara online, Perpustakaan eLiPsKi juga menyediakan layanan lain. Di antaranya layanan pengajuan bantuan buku umum keagamaan Islam secara online untuk perpustakaan masjid/musala/yayasan/lembaga dan bahkan layanan pengajuan bantuan dana secara online untuk perpustakaan masjid/musala/yayasan/lembaga.
Oleh karena itu kerja sama dengan GCKI yang secara umum bergerak di bidang komunikasi, baik lisan, tulisan maupun digital, ini kiranya sudah tepat sebagai jembatan penguatan literasi keagamaan Islam masyarakat atau umat.
“Ini (kerja sama dengan GCKI) sangat memberikan kontribusi positif juga sangat berbeda dalam teknik platihannya. Selain, materi berupa teori-teori menulis juga langsung praktik cepat dan tepat menulisnya. Jadi, tentu saja perlu saling kita tingkatkan,” sebut Kholis, panggilan singkat Kasubdit Kepustakaan Islam Kemenag ini.
Sejumlah peserta pelatihan pun memberikan tanggapan positif atas coaching clinic ini. Azizah dari Kemenag Bekasi, Siswanto sebagai Penyuluh Agama Kab. Bogor, dan Ida Farida dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor, juga Ahmad Fahruddin dari Universitas PTIQ Jakarta misalnya sama-sama bertestimoni mendapatkan tambahan pengetahuan yang lebih menyegarkan dan berbeda dalam seluk-beluk penulisan ilmiah. Mereka berharap Kemenag melanjutkan acara serupa dengan kategori dan tema menarik lainnya sehingga mereka terus mendapatkan tambahan pengetahuan baru.
“Kebetulan ini kali keempat saya mengikuti kegiatan coaching clinic, namun kali ini sangat membahagikan saya, menginspirasi saya, dan tentunya menambah wawasan di bidang kepenulisan,” tutur Bu Azizah.
GCKI yang bergerak di bidang komunikasi tentunya siap menyambut tantangan kerja sama pelatihan lanjutan. “Sejauh masih berada dalam lingkup komunikasi, tim GCKI selalu siap saji. Pertanyaannya, adakah bidang yang tanpa ada sisi komunikasinya? Nah, tim GCKI siap meracik menunya,” ujar sang pendiri GCKI, Dr. Ellys Lestari Pambayun, M.Si.