Gerakan Cerdas Komunikasi Indonesia (GCKI), Jumat, 16 Desember 2022 di Parung Bogor menyelenggarakan Ngoceh (Ngobrol Ceria tapi Ada Hikmah) bertema “Cabe-Cabean” dengan para mahasiswi PTIQ. Eits, jangan berpikir negatif dulu, “Cabe-cabean” itu akronim dari “Cerdas Berbahasa, Cerdas Berwawasan”. Acara ini digelar sebagai rangkaian Ngoceh di beberapa lokasi sebagai agenda rutin GCKI. “Cabe-cabean” diangkat sebagai tema karena untuk menjawab banyaknya pertanyaan mengapa kita harus belajar bahasa Indonesia? Tapi sering kali kita lupa mempertanyakan apakah bahasa Indonesia kita sudah sesuai dengan kaidah baku?
Masyarakat pasti tahu bahwa bahasa Indonesia itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun masih saja kita malas menguasainya, setidaknya mempelajarinya. Jawaban Ellys Lestari Pambayun, sang pengoceh alias pembicara, dalam pemaparannya adalah bahwa hal demikian bisa disebabkan oleh perasaan kurang bangga atau memang sulit belajar bahasa Indonesia. Masyarakat kalau diminta untuk bicara sepuluh menit saja dengan bahasa Indonesia baku pasti akan kaku dan banyak salah. Apalagi diminta menulis. Hal itu selain karena faktor beragamnya laras atau ragam bahasa, aturan ejaan, serta struktur bahasa, juga karena kita tidak bisa membedakan antara bahasa asing, bahasan daerah dengan bahasa resmi atau bahasa baku yang sesuai dengan aturan EYD.
Padahal dengan bahasa kita dapat berkomunikasi dengan orang lain secara lancar dan asyik. Menurut para ahli bahasa, bahasa itu seperti remote control yang dapat menyetel kita untuk bisa tertawa, menangis, sedih, kecewa, galau, sebal, dan lainnya. Bahkan bahasa juga dapat digunakan untuk menyampaikan ide-ide ke dalam pikiran orang lain. Yang pasti bahasa adalah bagian dari kecerdasan manusia, yaitu linguistic intelligence, di samping kecerdasan majemuk manusia atau multiple inteligence lainnya yang menurut Howard Gardner tiap tipe kecerdasan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Ahli bahasa Noam Chomsky yang terkenal dengan teori generative transformative-nya menyebutkan bahwa bahasa memiliki hubungan dengan kemampuan kognitif (pikiran) dan psikologis manusia. Karena itu bahasa merupakan kunci dari akal dan perilaku manusia yang dimiliki sejak lahir, sehingga bahasa memengaruhi cara manusia mengungkapkan ide dan gagasan yang dimilikinya.
Jadi cerdas berbahasa itu ditandai oleh kesempurnaan akal dan perilaku dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kalau tidak berakal berarti tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain, begitulah teorinya. Dan ternyata kecerdasan bahasa manusia memiliki kekuatan atau kelebihan yang dapat memengaruhi suksesnya karier seseorang.
Lalu bagaimana ciri-ciri orang yang cerdas linguistik verbal itu? Menurut Verywell Mind, mereka adalah orang yang mampu menggunakan kata-kata dengan sangat baik dalam tulisan maupun lisan, senang membaca dan menulis serta bergaul dengan orang lain, kuat mengingat informasi secara tulisan maupun lisan, mampu menjelaskan sesuatu dengan sangat baik, pandai mempersuasi orang lain, dan senang dengan humor dalam bercerita.
Karena itu profesi atau karier yang sesuai dengan orang yang cerdas berbahasa biasanya adalah pendakwah, penulis, reporter, presenter, pengacara, humas, dosen/guru, komentator, penyiar, komedian, juru bicara, dan lainnya.
Jadi, bahasa Indonesia sangat penting untuk kita kuasai secara baik dan benar, karena ia lahir dari perjuangan para pahlawan yang luar biasa. Dalam UUD 1945, Bab XV Pasal 36 tercantum bahwa “bahasa negara ialah bahasa Indonesia”.
Selain itu perihal pemakaian bahasa juga terkandung dalan Surah Ar-Rum ayat 22, yang mengandung arti bahwa Allah Swt menciptakan beragam ras dan bahasa untuk manusia agar bisa saling berkomuniksi secara efektif dan menjadi umat yang cerdas.