Logo 2 (1)
Opini 2: Pahlawan di Era Digital

Meneladani semangat juang para pahlawan bangsa harus kita jaga dan lestarikan. Warisan besar para pahlawan adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) rumah kita bersama dan amanah besar para pahlawan adalah persatuan dan kesatuan sebagai perisai untuk kemandirian bangsa dan negara.

Mari kita ulas kata pahlawan itu sendiri. “Pahlawan” berasal dari kata pahala-wan yang berarti pahlawan adalah orang yang melakukan suatu tindakan untuk mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Sementara itu  dalam  perspektif  agama  Islam,  pahlawan  adalah  orang  Islam yang  berjuang menegakkan kebenaran (al-haq) demi memperoleh rida Allah

Di era digital yang serbacepat, informasi dapat menyebar dengan mudah dan instan. Namun, di balik kemudahan tersebut, terdapat bahaya yang mengintai, yaitu penyebaran hoaks atau berita palsu. Hoaks dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, mulai dari keresahan masyarakat, kerugian finansial, hingga rusaknya reputasi individu dan organisasi.

Saat ini masyarakat memeiliki peran utama dalam menangkal hoaks, kenapa? Karena masyarakat merupakan tujuan akhir hoaks diproduksi. Apabila masyarakat memiliki daya pengetahuan dan daya kritis, hoaks yang beredar tidak akan mampu menimbulkan berbagai polemik. “Satu peluru hanya dapat membunuh satu orang, tetapi satu berita hoaks mampu membunuh ribuan orang”(Maladi). Ini fakta, kita dapat lihat sejarah bagaimana hoaks dapat menyebabkan peperangan, genosida, dan konflik yang dapat menyebabkan perpecahan suatu bangsa. Perang dunia II merupakan salah satu akibat berita hoaks. Jika kita telisik sumbernya, dahulu hoaks diproduksi oleh media cetak maupun media elektronik. Hal ini dikemukakan oleh Ryan Holiday, penulis buku “Trust Me I am Lying”.  Dia dengan berani mengutarakan fakta-fakta pemberitaan di media. Dia mengaku sebagai salah satu manipulator media. Saat itu perkembangan media mainstream belum seperti saat ini.

Pengaruh  berita  hoaks  terhadap  bangsa  Indonesia  sangatlah  berbahaya  karena dapat memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa. Hoaks merupakan berita palsu yang belum tentu faktual, biasanya berisikan ujaran kebencian, memprovokasi, melibatkan SARA atau apa pun yang dapat menyebabkan konflik antarsesama masyarakat. Hal ini sangat berbahaya bagi kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia karena anggota masyarakat jadi mudah terprovokasi setelah melihat berita yang belum jelas sumbernya yang mengakibatkan kesalahpahaman antar-berbagai pihak.

Pemuda sebagai generasi yang dianggap memiliki kecerdasan intelektual tinggi,  serta pemikiran yang terbuka, sudah seharusnya menjadi pelopor terdepan dalam menangkal tersebar luasnya hoaks. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pemuda di Indonesia pada 2023 ada 64,16 juta jiwa atau setara dengan 23,18% dari total penduduk. Ini seharusnya menjadi peluang emas bagi pemuda Indonesia untuk bergandengan tangan serta berkomitmen dalam menghancurkan hoaks. Permasalahan yang sudah mengakar hingga menjadi perbincangan internasional ini tidak akan bisa hilang jika diselesaikan oleh satu pihak. Untuk itulah perlu kolaborasi dari berbagai pihak untuk memberantas hoaks dan m eningkatkan literasi digital masyarakat.

Tips agar tidak menjadi korban atau penyebar hoaks

1.  Veifikasi sumber informasi

Sebelum memercayai atau menyebarkan informasi, pastikan untuk memverifikasi keaslian dan kebenaran informasi tersebut. Cek informasi dari sumber- sumber terpercaya atau berita yang sudah terverifikasi.

2.  Periksa fakta.

Lakukan pengecekan fakta dan cari informasi tambahan dari beberapa sumber yang berbeda. Jangan hanya mengandalkan satu sumber informasi atau satu sumber berita.

3.  Waspadai pesan berantai

Pesan-pesan berantai di aplikasi pesan atau di media sosial sering kali menjadi sumber penyebaran hoaks. Sebelum menyebarkan lebih lanjut, pastikan untuk memverifikasi kebenarannya.

4.  Gunakan akal sehat

Jangan mudah terpancing emosi atau terlalu cepat percaya pada informasi yang terdengar tidak masuk akal atau terlalu dramatis. Pertimbangkan motivasi di balik informasi tersebut.

5.  Periksa tanggal dan sumber

Pastikan untuk memeriksa tanggal terbit informasi dan sumbernya. Informasi yang sudah kedaluwarsa atau dari sumber yang tidak jelas bisa menjadi indikasi hoaks.

6.  Edukasi diri

Tingkatkan literasi digital dan media sosial dengan memahami bagaimana hoaks dibuat dan disebarkan. Semakin paham dengan karakteristik hoaks, semakin mudah mengidentifikasinya.

7.  Beri edukasi kepada orang lain.

Bagikan tips dan informasi tentang cara mengenali hoaks kepada keluarga dan teman- teman. Edukasi bersama dapat membantu mencegah penyebaran hoaks lebih lanjut.

8.  Laporkan hoaks

Jika menemukan hoaks, laporkan kepada platform media sosial atau kepada otoritas yang berwenang agar dapat dihapus atau diinvestigasi kebenarannya.

Dengan meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap hoaks, kita dapat membantu mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh penyebaran informasi palsu di era digital ini. (Irfan Ardian)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *