Dalam kehidupan manusia, komunikasi memegang peranan penting sebagai sarana interaksi sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia menggunakan bahasa sebagai alat utama untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan gagasan. Dalam perspektif Islam, pentingnya menjaga lisan agar selalu mengucapkan hal-hal yang benar dan bermanfaat dijelaskan melalui konsep qaulan sadidan. Istilah ini berasal dari bahasa Arab yang berarti "perkataan yang tegas dan benar" dan memiliki relevansi besar dalam konteks kehidupan modern di mana ujaran kebencian, berita bohong, dan provokasi sering kali mendominasi ruang publik.
Makna dan Konteks Qaulan Sadidan
Secara harfiah, qaulan sadidan berarti perkataan yang jujur, adil, dan membawa manfaat. Al-Qur’an menyebutkan istilah ini dalam beberapa ayat, salah satunya adalah Surah An-Nisa’ [4]: 9:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar."
Ayat ini memberikan pesan moral agar seseorang berkata benar dalam konteks menjaga amanah, terutama terhadap anak-anak yatim. Hal ini menegaskan bahwa ucapan yang benar tidak hanya memiliki nilai moral, tetapi juga menjadi fondasi bagi hubungan sosial yang adil dan penuh kasih sayang.
Selain itu Surah Al-Ahzab [33]: 70 juga mengingatkan pentingnya qaulan sadidan:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar."
Ayat ini mengarahkan umat Islam untuk senantiasa menjaga ketakwaan melalui lisan mereka. Perkataan yang benar adalah cerminan dari iman dan tanggung jawab moral seorang individu, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Urgensi Qaulan Sadidan dalam Kehidupan Modern
Dalam konteks kehidupan modern, konsep qaulan sadidan sangat relevan, terutama dalam menghadapi tantangan komunikasi di era digital. Media sosial, misalnya, sering kali menjadi medium di mana ujaran kebencian, fitnah, dan berita palsu menyebar dengan cepat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menginternalisasi nilai-nilai qaulan sadidan dalam setiap aspek komunikasi, baik verbal maupun nonverbal.
Menurut Subhan (2018: 460), salah satu bentuk antitesis dari qaulan sadidan adalah ucapan dusta dan fitnah. Dalam Al-Qur’an, Hindun dan Abu Lahab digambarkan sebagai contoh manusia yang menggunakan lisan mereka untuk menebar keburukan. Berbanding terbalik dengan sosok seperti Maryam, yang dilukiskan sebagai perempuan berlisan mulia, Hindun dan Abu Lahab mengabdikan hidup mereka untuk menyebarkan fitnah, adu domba, dan kebencian terhadap Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Perilaku seperti ini menjadi peringatan nyata akan bahaya lisan yang tidak terjaga.
Perspektif Ilmu Komunikasi: Pentingnya Bahasa dalam Menjaga Harmoni
Dalam ilmu komunikasi, bahasa bukan hanya alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga medium yang membangun relasi dan menciptakan persepsi. Ahli komunikasi Paul Watzlawick dalam teorinya tentang "Pragmatics of Human Communication" menekankan bahwa komunikasi adalah tindakan yang memiliki konsekuensi sosial. Setiap kata yang diucapkan memiliki potensi untuk mempererat hubungan atau justru menghancurkannya.
Berangkat dari perspektif ini, qaulan sadidan dapat dilihat sebagai strategi komunikasi efektif yang mendukung terciptanya hubungan harmonis dalam masyarakat. Ucapan yang benar dan bermanfaat, sesuai dengan nilai qaulan sadidan, dapat mendorong terciptanya rasa saling percaya dan menghindarkan konflik.
Prinsip Qaulan Sadidan dalam Etika Komunikasi
Dalam penerapan etika komunikasi, qaulan sadidan dapat diterjemahkan ke dalam beberapa prinsip berikut.
- Kejujuran: Perkataan yang benar harus didasarkan pada fakta dan menghindari kebohongan. Hal ini penting, terutama dalam dunia jurnalistik dan penyebaran informasi di media sosial.
- Kebijaksanaan: Selain benar, ucapan harus disampaikan dengan cara yang tidak menyinggung atau merugikan orang lain. Komunikasi yang bijaksana mencerminkan penghormatan terhadap lawan bicara.
- Manfaat: Ucapan yang membawa kebaikan dan solusi lebih bernilai daripada sekadar berkata untuk menyenangkan orang lain.
- Keadilan: Dalam konteks menjaga amanah, ucapan harus mencerminkan keadilan, terutama saat berurusan dengan pihak yang lemah atau membutuhkan perlindungan, seperti anak-anak yatim.
Tantangan dalam Mengamalkan Qaulan Sadidan
Meskipun qaulan sadidan memiliki nilai ideal, penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu mudah. Beberapa tantangan utama yang sering dihadapi meliputi:
- Maraknya Ujaran Kebencian: Di era digital, media sosial menjadi tempat berkembangnya ujaran kebencian (hate speech), yang sering kali bertentangan dengan prinsip qaulan sadidan.
- Pengaruh Emosi: Ucapan yang tegas dan benar membutuhkan kontrol emosi yang baik. Namun, dalam situasi konflik atau tekanan, banyak orang cenderung berbicara tanpa mempertimbangkan dampaknya.
- Minimnya Kesadaran: Tidak semua orang menyadari pentingnya menjaga lisan. Banyak yang menganggap enteng ucapan mereka, padahal setiap kata memiliki konsekuensi.
Solusi: Membumikan Qaulan Sadidan
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya nyata dalam membumikan nilai qaulan sadidan. Berikut ini beberapa langkah yang dapat diambil.
- Pendidikan karakter: Mengajarkan pentingnya berkata benar sejak dini, baik di keluarga maupun institusi pendidikan, dapat membentuk kebiasaan positif dalam berkomunikasi.
- Kontrol diri: Mengasah kemampuan mengendalikan emosi dan berpikir sebelum berbicara adalah keterampilan penting untuk mengamalkan qaulan sadidan.
- Pemanfaatan media dengan bijak: Menggunakan media sosial sebagai sarana menyebarkan kebaikan dan menghindari konten yang provokatif atau menyesatkan.
- Teladan dari pemimpin: Pemimpin, baik di tingkat keluarga, masyarakat, maupun negara, harus menjadi contoh dalam mengamalkan qaulan sadidan. Perkataan yang benar dan bijak dari seorang pemimpin dapat menjadi inspirasi bagi orang lain.
Penutup
Konsep qaulan sadidan tidak hanya menjadi ajaran moral dalam Islam, tetapi juga pedoman universal yang relevan dalam membangun hubungan sosial yang harmonis. Dalam perspektif ilmu komunikasi, qaulan sadidan mencerminkan pentingnya ucapan yang jujur, bijak, dan bermanfaat dalam menjaga kepercayaan dan menghindari konflik. Oleh karena itu sudah seharusnya kita menjadikan nilai-nilai qaulan sadidan sebagai landasan dalam setiap bentuk komunikasi, baik di dunia nyata maupun digital. Dengan demikian kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih beradab dan penuh kebaikan.
Peringkas: Leo Kurniawan & Muhammad Arif
Editor: Bahtiar Heraudie (Tim Redaksi Gerakan Cerdas Komunikasi Indonesia/GCKI)
Referensi: Pambayun, Ellys Lestari. Communication Quotient: Kecerdasan Komunikasi dalam Pendekatan Emosianal dan Spiritual. (Bandung: Rosdakarya, 2013)