Tentu sangat kita sambut baik film ini sebagai karya anak bangsa yang sedang haus hiburan segar dan berkualitas.
Dari segi alur, ada yang menurut saya absurd saat tiba-tiba muncul arwah Meri dari masa lalu dan menjadi dewi penolong si Don yang yatim piatu dan teman-teman setianya. Namun hal itu bisa kita anggap bahwa kehadiran si Meri dengan semua peristiwa "supranaturalistik"-nya merupakan teman imajiner yang tentu dimiliki oleh semua anak-anak, entah disadari atau tidak.
Badannya yang besar sehingga dianggap lamban dan tidak social support bagi lingkungannya menjadi kunci utama dari perjalanan si Don, tokoh utama film. Keterasingan dan perilaku "pembedaan" (the other) sempat membuatnya down dan minder, tapi karena memiliki teman- teman senasib ia jadi mampu membalikkan keadaan.
Plus Don juga memiliki kekuatan super yang didapatkan dari Buku Dongeng Istana Gelembung karya ayah-ibunya sebelum meninggal karena kecelakaan. Buku inilah tongkat ajaibnya yang bisa melambungkannya ke ruang prestasi dan penghargaan dari semua orang.
Banyak peristiwa yang mengajak kita berakrobat rasa sehingga film ini jadi tidak monoton, meski ada catatan kecil dalam plot dan penyajian gambar. Namun film ini layak kita apresiasi lantaran mewakili masa kanak-kanak kita tentang kehilangan orang tua, persahabatan, survival, imajinasi, kreativitas, kekonyolan, kekeraskepalaan, dan selalu ingin menuju baik.
Poin penting dari seluruh film ini adalah: buku yang kita tulis adalah warisan berharga sebagai penunjuk arah bagi pembacanya dan generasi berikutnya.
Well, good job film animasi Indonesia. See you in next animation film that must be much better. Thank you for reading. Dont fortget: smile. (ELP)